LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
IMPLEMENTASI
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MIND
MAPPING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PKN DAN
SELF EFFICACY SISWA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Lomba Guru SMP Berprestasi
Tahun 2019
oleh
NAMA : MUGI LESTARI, S.Sos.,M.Si
NIP : 19770717 200801 2 021
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 REMBANG
Alamat : Jln. Raya Losari Rembang Purbalingga
( 0281-7610700 * 53356
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada
aktivitas belajar mengajar
mata pelajaran PKn kelas IXE semester gasal tahun pelajaran 2018/2019, peneliti menjumpai permasalahan siswa
yaitu pada aspek penguasaan materi dan kepercayaan
diri (self efficacy) siswa.
Selain itu, proses
pembelajaran juga masih didominasi oleh peneliti dan kurang melibatkan siswa
yang pada akhirnya menyebabkan keaktifan siswa belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa kelas IXE pada kondisi
awal yang dilakukan sebelum siklus pada tabel berikut:
Tabel 1. Kondisi
Awal Sebelum Siklus
No. |
Kondisi Awal |
Keterangan |
1 |
Nilai
tertinggi |
85 |
2 |
Nilai
terendah |
55 |
3 |
Rata-Rata |
76,52 |
4 |
Jumlah
siswa tuntas |
18 |
5 |
%
ketuntasan |
54,55% |
6 |
Jumlah
siswa tidak tuntas |
15 |
7 |
% ketidaktuntasan |
45,45% |
Jumlah siswa |
33 |
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
dari 33 siswa ternyata nilai rata-rata kelas yang diraih baru mencapai 76,52
dari nilai tertinggi 85 dan yang terendah adalah 55. Siswa yang telah mencapai
batas tuntas sebanyak 18 siswa (54,55%) dan yang belum tuntas 15 siswa (45,45%)
sedangkan KKM PKn kelas IX tahun pelajaran 2018/2019 yang ditetapkan adalah 76.
Selain hasil belajar, peneliti juga menjumpai permasalahan yang berhubungan
dengan self efficacy siswa yang masih rendah. Self efficacy merupakan keyakinan
seseorang atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang mengarah
pada pencapaian tujuan tertentu. Self efficacy dapat mempengaruhi tindakan
mereka dalam mencapai sesuatu, berapa banyak usaha yang diupayakan, berapa lama
mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketahanan
mereka terhadap kesulitan. Permasalahan
tersebut dapat dilihat dari semangat/antusias siswa dan kemampuan siswa serta
kegigihan siswa dalam meyelesaikan tugas yang masih rendah sehingga masih cukup
banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari
strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa,
memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual
dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di
sinilah peneliti dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kompetensi dalam ranah kognitif dan self efficacy dalam ranah afektif siswa.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan
suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar
dan self efficacy siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini peneliti memilih strategi pembelajaran
mind mapping dalam
meningkatkan self efficacy dan hasil belajar siswa.
Mind mapping (peta pikiran) merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan,
memungkinkan kita menyusun fakta dan pemikiran sedemikian rupa sehingga cara
kerja alami otak dilibatkan sejak awal.
Ini berarti mengingat informal akan lebih mudah dan lebih diandalkan
daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Buzan, 2013:5). Dengan
strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran sekaligus meningkatkan self efficacy siswa
karena siswa dituntut untuk aktif mendalami materi ajar yang akan
dipresentasikan kepada teman-temannya. Sedangkan
siswa yang kebagian menjadi audien juga aktif untuk menanggapi teman yang
sedang presentasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah strategi
pembelajaran kooperatif
tipe mind mapping dapat
meningkatkan hasil belajar dan self
efficacy siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang pada
semester gasal tahun pelajaran 2018/2019?
C. TUJUAN
Untuk meningkatkan
hasil belajar PKn dan self efficacy siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang pada semester
gasal tahun pelajaran 2018/2019 melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe mind
mapping.
D. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar
Belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slamet dalam Aston,
2007).
G. Kimble dalam Elin Rosalin (2008:16) mengemukakan
bahwa ada tiga faktor penting dalam kegiatan belajar, yaitu: (1) adanya perubahan
perilaku permanen sebagai hasil perbuatan belajar. (2) adanya perilaku yang
bersifat potensial sebagai model dasar individu yang dikembangkan secara
optimal. (3) adanya kegiatan penguatan sebagai suatu pendekatan dalam
mengembangkan perilaku dasar individu untuk mencapai hasil belajar yang
diinginkan.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat
progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek
psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan (Slamet dalam Aston, 2007).
Dengan demikian, hasil belajar
adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang
berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan
kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab
bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Self
Efficacy
Menurut Albert
Bandura (dalam Endang, 2012:105) bahwa konsep self efficacy sebagai
keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan
serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai keinginannya. Self
efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap
kemampuannya dalam melaksanakan Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semester
dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi, sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan
yang diharapkannya dengan mendapatkan nilai yang memuaskan.
Menurut Collins
(Dale, 2012:203) mengidentifikasikan para siswa dengan kemapuan tinggi,
rata-rata, dan rendah. Dalam setiap level ia menemukan para siswa dengan
efikasi diri yang tinggi maupun yang rendah. Ia memberi soal-soal untuk
diselesaikan. Siswa dengan kemampuan
efikasi diri yang tinggi dapat menyelesaikan banyak soal dengan benar
dibandingkan dengan siswa yang efikasi diri yang rendah.
Oleh karenanya, self efficacy menjadi faktor penentu kompetensi individu. Artinya, individu yang memiliki kemampuan
berbeda atau individu yang
sama dengan kondisi
yang
berbeda dapat menunjukkan
kemampuan di bawah standar,
sesuai standard, atau di atas standar, tergantung dari fluktuasi dalam self efficacy yang
dimilikinya. Oleh karenanya, self efficacy menjadi kontributor utama untuk mencapai suatu prestasi, bagaimanapun kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Bandura
(Dale, 2012:203) efikasi diri dapat menimbulkan efek yang beragam dalam
berbagai setting prestasi. Self efficacy yang dimiliki setiap
individu berbeda, maka diperlukan indikator sebagai alat ukur seberapa besar self efficacy siswa yang dimiliki individu
tersebut. indikator-indikator self
efficacy anatara lain sebagai berikut :
a.
Level (tingkatan self efficacy di
mana siswa sebatas meyakini
dia mampu menyelesaikannya). Adapun indikator self efficacy pada dimensi level
adalah sebagai berikut: (1) mampu menyelesaikan tugas. (2) mampu menghadapi
tugas di luar kemampuan.
b.
Strength (tingkatan self efficacy di mana siswa yakin mampu menunjukan usaha-usaha yang
dilakukannya). Adapun indikator self
efficacy pada dimensi strength
adalah sebagai berikut: (1) bertahan dan ulet dalam mengerjakan soal. (2) kegigihan dalam menghadapi tugas. (3)
pengaruh pengalaman pribadi.
c.
Generality (tingkatan self
efficacy dimana keyakian yang dimiliki seseorang unutuk menggeneralisasikan
ke dalam
situasi yang lain). Adapaun indikator self
efficacy pada dimensi generality
dalah sebagai berikut : (1) konsisten
pada tugas dan aktivitas. (2) kesiapan
menghadapi situasi. (3) mengarahkan
perilaku.
3.
Mind
Mapping
Mind Mapping adalah
teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang
dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah
memahaminya (Sugiarto, 2004:75). Mind Mapping merupakan teknik
visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind Mapping sangat bermanfaat untuk
memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Mind Mapping bertujuan
membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat
membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah
dipelajari (Jensen dan Makowitz, 2002: 95).
Berikut
ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan
catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping).
Tabel 2. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa |
Mind Mapping |
Hanya
berupa tulisan-tulisan saja |
Berupa
tulisan, symbol dan gambar |
Hanya
dalam satu warna |
Berwarna-warni |
Untuk
mereview ulang memerlukan waktu yang lama |
Untuk
mereview ulang diperlukan waktu
yang pendek |
Waktu
yang diperlukan untuk belajar
lebih lama |
Waktu
yang diperlukan untuk belajar
lebih cepat dan efektif |
Statis |
Membuat
individu menjadi lebih kreatif. |
Sumber: Sugiarto (2004:76).
Model
pembelajaran mind mapping mempunyai langkah-langkah yang hampir sama
dengan model pembelajaran yang lain. Perbedaannya terletak pada kegiatan inti
yang dilakukan siswa dalam meneyelesaikan permasalahan yaitu dengan membuat
peta konsep dari permasalahan tersebut sehingga lebih mudah dipahami oleh
siswa. Berikut ini disajikan langkah-langkah model pembelajaran mind mapping
menurut beberapa pendapat.
Tabel 3. Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Mind Mapping
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Mind Mapping |
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai |
2.
Guru mengemukakan permasalahan yang akan
ditanggapi siswa |
3.
Membentuk kelompok yang anggotanya 2
sampai 3 orang |
4.
Setiap kelompok menginventarisasi dan
mencatat alternatif jawaban hasil diskusi |
5.
Setiap kelompok secara acak atau kelompok
tertentu membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan |
6.
Dari data di papan tulis, siswa diminta
membuat kesimpulan atau guru memberikan bandingan sesuai dengan konsep yang disediakan
oleh guru. |
Sumber:
Hanafiah (2009:46)
Di
sisi lain, Olivia (2008:13) menjelaskan tentang kelebihan model pembelajaran mind
mapping, antara lain: (1) cara mudah menggali informasi dari dalam dan luar
otak. (2) dapat digunakan sebagai jembatan diskusi. Artinya, kita dapat mengembangkan mind
mapping yang telah kita buat dengan mind mapping anggota lain. (3)
cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan efisien. (4) cara membuat
catatan agar tidak membosankan. (5) alat berfikir yang mengasyikan karena
membantu berfikir dua kali lebih baik, dua kali lebih cepat dan dua kali lebih
jernih dan menyenangkan. Sementara itu,
kelemahan model pembelajaran mind mapping diantaranya: (1) hanya siswa yang
aktif yang terlibat. (2) tidak sepenuhnya siswa belajar (http://mahmmudin.wordpress.com).
Berdasarkan karakteristik mata
pelajaran PKn yang multidisiplin di mana penuh
dengan konsep yang harus dikuasai, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Mind Mapping adalah sangat
tepat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran mind
mapping merupakan model pembelajaran dimana
siswa
diskusi bersama kelompoknnya meringkas bahan yang akan
dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau
teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Selanjutnya siswa
mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-temannya.
Selain itu dalam model
pembelajaran ini juga diperlukan ketrampilan sosial salah satunya adalah kerja
sama sesuai dengan karakteristik PKn yang mengedapankan kerja sama dalam hal yang positif
tentunya. Di samping itu, model ini juga
sangat tepat karena sesuai dengan karakteristik siswa usia SMP yang sangat
kental pertemanannya dengan siswa lain, sehingga diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping siswa dapat bekerja sama dengan
teman sekelompok sekaligus sebagai fasilitator siswa lain sehingga pembelajaran lebih efektif.
4. Kerangka
Pikir
Agar hasil belajar PKn dan self
efficacy siswa meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran
yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran,
penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.
Upaya mengatasi
permasalahan yang ada di kelas IXE, dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
yang aktif serta dapat meningkatkan keyakinan diri (self efficacy)
sehingga aspek kognitif seperti hasil belajar PKN siswa dapat meningkat. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa
secara totalitas adalah pembelajaran kooperatif tipe mind mapping yang merupakan model pembelajaran dimana siswa dalam mendiskusikan
permasalahan dalam kelompoknya menggunakan warna dan
gambar-gambar untuk membantu membangun imajinasi dengan kata-kata atau
gambar-gambar yang ada dengan garis-garis melengkung atau cabang-cabang yang
dapat membantu ingatan dan membuat asosiasi.
Di samping itu,
siswa juga akan belajar mengomunikasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Model
pembelajaran ini juga efektif untuk melatih siswa berbicara menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri, sedangkan siswa lain diharapkan
memperhatikan dan mengkritisi apa yang disampaikan oleh teman tersebut.
I.
METODE
PENELITIAN
A.
Penelitian ini
dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2018/2019 dari bulan Juli
sampai November di kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang.
B. Subyek penelitian adalah siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa di kelas IXE adalah 33 yang terdiri
dari 17 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
C.
Sumber data penelitian ini ada
dua yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diambil dari subyek penelitian
sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang bukan berasal
dari subyek penelitian.
D. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
teknik tes dan non tes serta
angket.
E. Validasi data ini dilakukan untuk mendapatkan instrument tes yang
valid baik secara teoritis maupun empiric dengan menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
F.
Analisis data primer yaitu
analisis hasil belajar PKn yang berupa nilai ulangan harian dengan menggunakan
analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai data awal tes dan
nilai pada tiap-tiap siklus kemudian direfleksi. Di samping itu juga digunakan analisis data
sekunder yaitu berupa deskriptif kualitatif. Data kualitatif adalah data yang
diolah dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil pengamatan,
observasi dan refleksi.
G.
Indikator Kinerja
Pada akhir
penelitian ini, hasil belajar siswa tentang bisa dilihat dari hasil ulangan
harian pada akhir siklus meningkat secara signifikan sebagaimana ditunjukkan
dengan indikator kerja sebagai berikut :
a.
Secara
klasikal kelas IXE mampu menyelesaikan soal ulangan harian dengan prosentase
sekurang-kurangnya 85% siswa pada kelas tersebut mencapai nilai ≥ 76.
b.
Secara
individual, sekurang-kurangnya 33 siswa di kelas IXE mencapai nilai batas
tuntas atau KKM sebesar 76 ( 76%).
c. Adanya peningkatan Self efficacy siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang dalam
pembelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping. Nilai rata-rata self efficacy siswa kelas IXE SMP Negeri
1 Rembang dikatakan berhasil jika mencapai rata-rata ≥2,5 dengan kriteria baik.
H. Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas. Pada penelitian tindakan kelas ini
ditetapkan dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu planning, acting, observing dan reflecting.
II.
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Belajar
Hasil tes evaluasi (Ulangan Harian) dari siklus I ke siklus II
pada siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang mengalami peningkatan. Peningkatan
hasil UH siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Siswa
No |
Pencapaian |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai
terendah |
65 |
75 |
2 |
Nilai
tertinggi |
90 |
95 |
3 |
Rata-rata
nilai |
80,30 |
82,73 |
Dari tabel di atas
terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus
I ke siklus II. Dimana pada siklus I diperoleh hasil nilai terendah siswa adalah 65 dan nilai
tertinggi adalah 90 dengan nilai rata-rata kelasnya 80,30. Di sisi lain, pada
siklus II diperoleh hasil nilai terendah adalah 75 dan nilai tertinggi adalah
95 dengan nilai rata-rata kelas 82,73.
Hasil belajar siswa
meningkat dari siklus I ke siklus II dipengaruhi oleh keseriusan siswa dalam
proses pembelajaran. Keseriusan siswa dalam pembelajaran timbul karena siswa
merasa tertarik dengan proses pembelajaran yang tidak seperti biasanya.
Pembelajaran PKn biasanya disajikan dengan pembelajaran yang konfensional
dimana guru masih menggunakan metode ceramah dan masih kurang melibatkan siswa
secara langsung pada saat pembelajaran dan seringkali membuat siswa bosan,
tidak fokus dan tidak memperhatikan guru saat memberikan materi yang sedang
dipelajari.
Setelah diterapkan proses
pembelajaran pada mata pelajaran PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe mind mapping, siswa menjadi lebih
berantusias dan aktif pada saat pembelajaran berlangsung dikarenakan
pembelajaran dilaksanakan dengan cara berdiskusi kelompok dan siswa
berkesempatan untuk berkreativitas membuat peta pikiran konsep yang dipelajari
dengan menggunakan gambar, simbol, garis dan warna yang menarik. Melalui peta
pikiran yang mereka buat dapat memudahkan mereka mengingat dan memahami setiap
konsep yang dipelajari. Selain itu, siswa juga berkesempatan untuk
mempresentasikan hasil peta pikiran mereka yang indah kepada teman-temannya
dengan penuh antusias.
Berdasarkan uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
mind mapping dapat meningkatkan hasil
belajar PKn siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang.
B.
Self
Efficacy
Self
efficacy atau sikap
keyakinan diri siswa pada penelitian ini mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi sikap keyakinan
diri siswa atau self efficacy seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.
Rekapitulasi Angket Self Efficacy
Siswa
Siklus |
Rata-rata |
Kriteria |
Siklus
I |
2,95 |
Baik |
Siklus
II |
3,31 |
Sangat
Baik |
Tabel di atas menunjukan
bahwa ada peningkatan rata-rata self
efficacy siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata self efficacy siswa mencapai 2,95 dengan
kriteria baik, pada siklus II rata-rata self
efficacy siswa meningkat menjadi 3,31 dengan kriteria sangat baik.
Peningkatan self efficacy siswa ditandai dengan
siswa menjadi lebih yakin terhadap diri sendiri pada saat mengerjakan tugas
dari guru, saat mengerjakan tugas kelompok membuat peta pikiran (mind
mapping), pada saat siswa mengerjakan tugas individu berupa ulangan harian
atau pada saat mempresentasikan hasil diskusi berupa peta pikiran di depan
kelas dan lebih percaya diri dalam berbicara di depan kelas.
Dari data yang diperoleh
tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran koopertif tipe mind mapping dapat meningkatkan self efficacy atau keyakinan diri siswa
kelas IXE dalam mengikuti pembelajaran PKn.
C. Observasi
Aktivitas Guru
Rekapitulasi
hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru
No |
Siklus |
Pertemuan |
Pelaksanaan |
|
Jumlah
Ya |
Jumlah
Tidak |
|||
1 |
Siklus I |
P1 |
13 |
4 |
P2 |
16 |
1 |
||
2 |
Siklus II |
P1 |
16 |
1 |
P2 |
17 |
0 |
Dilihat dari siklus I
sampai siklus II terdapat peningkatan aktivitas guru. Pada siklus I pertemuan
pertama tidak menyampaikan tujuan pembelajaran pada kegiatan pendahuluan, guru
tidak melibatkan siswa untuk mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik atau tema materi yang akan dipelajari dalam kegiatan inti eksplorasi,
juga tidak mengarahkan siswa secara eksplisit untuk menyelesaikan soal LKS
secara berkelompok. Selain itu, guru
tidak memberikan konfirmasi terhadap hasil ekplorasi dan elaborasi melalui berbagai sumber, jadi pada
siklus I pertemuan pertama guru melakukan 13 poin pelaksanaan dan tidak
melaksanakan empat poin pelaksanaan, pada pertemuan kedua guru melaksanakan 16
poin pelaksnaan dan tidak melaksanakan satu poin pelaksanaan. Pada siklus I pertemuan kedua, guru tidak
memberikan kofirmasi terhadap hasil ekplorasi dan elaborasi melalui berbagai
sumber.
Pada siklus II pertemuan
pertama guru tidak melibatkan siswa untuk mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dalam kegiatan inti
eksplorasi. Pada pertemuan kedua siklus
II ini guru telah melaksanakan seluruh pelaksanaan yang tercantum dalam lembar
observasi aktivitas guru.
Dilihat
dari siklus I sampai siklus II terdapat peningkatan aktivitas guru. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivtas guru meningkat sangat baik dari siklus I dan siklus
II. Aktivitas guru dari setiap pertemuan mengalami peningkatan karena setiap
akhir pembelajaran dilakukan refleksi, sehingga guru dapat mengetahui
kekurangan atau kendala yang dihadapi pada siklus I dan siklus II. Selain itu
guru juga berusaha untuk memperbaiki cara mengajar agar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran PKn melalui model
pembelajaran kooperatif tipe mind
mapping.
D. Observasi
aktivitas siswa
Observasi aktivitas siswa
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Siklus |
Jumlah
Rata-rata |
Presentase
Rata-rata |
Kriteria |
Siklus
I |
83,5 |
48,7% |
Cukup |
Siklus
II |
107,5 |
65,14% |
Baik |
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I aktivifitas
siswa mencapai jumlah rata-rata 83,5 dengan presentase rata-rata 48,7% dan
masuk dalam kriteria cukup. Pada siklus II aktivitas siswa mencapai jumlah
rata-rata 107,5 dengan presentase rata-ratanya adalah 65,14% masuk dalam
kriteria baik.
Aktivitas siswa meningkat
karena dalam proses pembelajaran, siswa dilibatkan secara langsung untuk mendiskusikan
konsep yang diberikan oleh guru dalam bentuk peta pikiran agar lebih mudah
dipahami. Selain itu, pada siklus II diberi tindakan yang meminimalkan
ketidakaktivan siswa. Tindakan itu berupa pembagian kelompok yang semakin
mengerucut yaitu hanya tiga siswa per kelompok, ditambah dengan pembagian tugas
yang jelas untuk masing-masing anggota kelompok.
Oleh karenanya,
pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping ini dapat mendorong
terjadinya peningkatan aktivitas siswa.
Hal ini dikarenakan model mind mapping memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpikir kreatif dan inofativ dalam membuat peta pikiran dengan
penuh warna dan simbol serta gambar sesuai dengan konsep yang mereka kerjakan.
III.
SIMPULAN
Adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai ulangan harian setiap
siklusnya. Pada siklus I dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90 dengan
nilai rata-rata kelasnya 80,30. Pada siklus II dengan nilai terendah 75 dan
nilai tertinggi 95 dengan nilai rata-rata kelas 82,73.
Adanya peningkatan self efficacy siswa yang ditunjukan
dengan peningkatan indikator self
efficacy setiap siklusnya. Pada siklus I diperoleh jumlah 94,32 dengan
rata-rata 2,95 dengan kriteria baik. Pada siklus II diperoleh jumlah 105,85
dengan rata-rata 3,31 dengan kriteria sangat baik.
Melalui
implementasi model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping dapat
meningkatkan hasil belajar dan self efficacy (keyakinan diri) siswa
dalam pembelajaran PKn pada pokok bahasan pelaksanaan otonomi daerah dan
perumusan kebijakan publik di daerah bagi kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang
semester gasal tahun pelajaran 2018/2019.
Berdasarkan
uraian hasil penelitian yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan penerapan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar dan self
efficacy siswa dalam mata pelajaran PKn, maka dapat disimpulkan hipotesis
yang berbunyi “Melalui
penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar PKn dan self
efficacy siswa kelas IXE SMP Negeri 1 Rembang semester gasal tahun pelajaran 2018/2019” terbukti.
DAFTAR PUSTAKA
Aston L. Toruan, 2007, Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Melalui Model PBL pada Siswa
Kelas X Ak 1 SMKN 3 Jakarta, Jakarta : PTK.
Dale H.Schunk, 2012, Learning
Theoris An Educational Perspective, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Elin Rosalin, 2008, Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif?, Bandung : PT. Korsa Mandiri
Perkasa.
Jensen, Eric dan Karen Markowitz, 2002, Otak Sejuta Gigabyte:Buku
Pintar Membangun Ingatan Super, Bandung:Kaifa.
Olivia, Femi, 2008, Gembira
Belajar dengan Mind Mapping, Jakarta: Elex Media.
Sugiarto, Iwan, 2004, Mengoptimalkan
Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif, Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Pudjiastuti, Endang, 2012, Hubungan
Self Efficacy dengan Perilaku Mencontok Mahasiswa
Psikologi Vol XXVIII, No. 1 Juni 2012.
http://mahmmudin.wordpress.com.
Diakses tanggal 10 Oktober 2018