LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN
PARTISIPASI SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
(PROBLEM
BASED LEARNING)
BAGI SISWA KELAS VIII C SMPN 1 REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Lomba Guru SMP Berprestasi
Tahun 2019
oleh
NAMA : MUGI LESTARI, S.Sos., M.Si
NIP : 19770717 200801 2 021
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 REMBANG
Alamat : Jln. Raya Losari Rembang Purbalingga
( 0281-7610700 * 53356
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar PKn kelas VIII C semester genap
tahun pelajaran 2015-2016 tentang pokok bahasan pelaksanaan demokrasi dalam berbgai aspek
kehidupan, guru menjumpai permasalahan yaitu pada aspek
penguasaan materi tersebut. Hal ini
dapat diketahui dari dari hasil belajar siswa kelas VIII C SMPN 1 Rembang
semester genap tahun pelajaran 2015-2016 pada ulangan harian I yang dilakukan
sebelum siklus bahwa dari 34 siswa ternyata nilai rata-rata kelas yang diraih baru mencapai 73,88
dari nilai tertinggi 94 dan yang terendah adalah 56. Siswa yang telah mencapai batas tuntas
sebanyak 16 siswa dan yang belum tuntas 18 siswa sedangkan KKM PKn kelas VIII tahun pelajaran 2015-2016 yang
ditetapkan adalah 76.
Sebelum siklus, peneliti dalam melaksanakan pembelajaran masih
menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu ceramah saja. Dengan demikian, proses pembelajaran masih
didominasi oleh guru dan kurang melibatkan
siswa. Dengan demikian, siswa kurang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan belajar-mengajar mata pelajaran PKn. Siswa cenderug tidak begitu
tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai
pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek
penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah
yang berujung pada hasil belajar siswa yang masih rendah.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam
meningkatkan hasil belajar dan
partisipasi siswa pada pokok bahasan pelaksanaan demokrasi
dalam berbagai aspek
kehidupan dalam mata pelajaran PKn.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang masalah yang sudah diuraiakan di atas maka masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Mengapa kemampuan siswa dalam
mendeskripsikan pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan masih rendah?
2.
Mengapa dengan metode
konvensional (ceramah biasa) partisipai siswa dalam mendeskripsikan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan masih rendah?
3.
Bagaimanakah cara guru
melaksanakan model pembelajara problem based learning untuk meningkatkan
hasil belajar dan partisipasi
siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan.
C. Pembatasan Masalah
1.
Meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa
pada pokok bahasan pelaksasaan
demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
2.
Menerapkan model pembelajaran problem based learning (pembelajaran
berbasis masalah) untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa pada
pokok bahasan pelaksanaan
demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah melalui model
pembelajaran Problem Based Learning (pembelajaran
berbasis masalah) dapat meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa
kelas VIII C SMP Negeri 1 Rembang pada pokok bahasan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016?”.
E. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa
dalam pokok bahasan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan pada siswa
kelas VIII C SMPN 1 Rembang Semester Genap tahun pelajaran 2015/2016.
2.
Tujuan Khusus
a.
Secara klasikal,
sekurang-kurangnya 85% siswa kelas VIII C mampu menyelesaikan soal yang terkait
dengan pokok bahasan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.
b.
Secara individual,
sekurang-kurangnya siswa di kelas VIII C mampu mencapai nilai batas tuntas atau KKM sebesar
76 atau 76%.
c.
Dapat
terciptanya efektivitas pembelajaran PKn yang ditandai
dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
II.
KAJIAN TEORI
1. Hasil Belajar PKn
a. Hakekat PKn
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Aston
(2007) tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa
untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
menurut KTSP 2006 dalam Aston (2007) adalah sebagai berikut ini:
1.
Berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.
2.
Berpartisipasi secara bermutu
dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3.
Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4.
Berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran
PKn dalam rangka “nation and character building” antara lain :
Pertama, PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang
berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi,
antropologi, psokologi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai
landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep,
nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua, PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para
peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan
warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya
pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai
landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga, PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif
dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi
pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif
yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam,
tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat
sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat, kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn,
pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui
“mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model
pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing
democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali
mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa
sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan
di sekolah, materi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson dalam Aston
(2007) harus mencakup tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan
Kewarganegaraan), Civic Skills (keterampilan Kewarganegaraan), dan Civic
Disposition (watak-watak Kewarganegaraan).
b. Hakekat
Belajar
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO
dalam Aston (2007), yaitu :
1. Learning to know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya
memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan
Controlling, Monitoring, Maintening,
Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang
kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga
meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola
dan mengatasi koflik.
3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling
pengertian dan tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai
tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan
ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari
informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah,
bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya
behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga
menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri,
memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya
dengan konsisten, yang disebut emotional
intelegence (kecerdasan emosi).
c. Hasil belajar
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat
progresif dan akumulatif, megarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak
mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek
pengetahuan (cognitive domain), aspek
afektif (afektive domain) maupun
aspek psikomotorik (psychomotoric domain).
Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan (Slamet dalam Aston, 2007).
d. Hasil Belajar PKn
Hasil belajar PKn adalah hasil
belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa
seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa
untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang
yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan
(agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan
emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes
(formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan
(Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
2.
Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI:2008) partisipasi adalah turut berperan serta dalam
suatu kegiatan (keikutsertaan / peran serta). Menurut Suryosubroto (2009)
partisipasi dalam pembelajaran, siswa harus terlibat dalam proses belajar,
berlatih untuk menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban
atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara
komunikatif.
Partisipasi
diartikan sebagai kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktivitas
untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. Menurut Mulyasa (2006) untuk
mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara
positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen,
dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Pelaksanaan
pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.
Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based) sebagai
keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan
belajar (learning goals and objectives oriented). Prinsip ini
mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada
usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta
didik (partisipan centered). Prinsip ini sering disebut learning
centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari
kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat, belajar berdasarkan pengalaman (experiential
learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan
pengalaman peserta didik.
Dari pendapat
partisipasi oleh Suryosubroto, peneliti menjabarkan tentang partisipasi dalam
pembelajaran ke beberapa indikator, yaitu :
a. Siswa harus terlibat dalam proses belajar
·
Turut aktif
dalam proses pembelajaran.
b. Mengikuti pelajaran dengan baik
·
Berlatih
untuk menjelajah, mencari dan mempertanyakan sesuatu.
c.
Mengerjakan
tugas baik terstruktur maupun tanpa terstruktur di kelas dan di rumah dengan
baik.
·
Mengambil
keterangan atau informasi dari buku.
· Berinisiatif
mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan di
ajarkan
·
Menyampaikan
pertanyaan
d.
Menyelidiki
jawaban atas pertanyaan
·
Menyampaikan
pendapat, ide atau sanggahan
·
Mencari
jalan memecahkan masalah
e.
Mengelola
dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif
·
Membuat
catatan ringkas.
·
Menyampaikan
jawaban hasil diskusi kelompok maupun mandiri.
Dalam
pembelajaran yang menitik beratkan pada partisipasi siswa, pendidik berperan
aktif sebagai fasilitator, bertugas membantu memudahkan siswa belajar, sebagai
narasumber yang harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya.
Pendidik harus mampu merancang, melaksanakan kegiatan bermakna dan dapat
mengelola sumber belajar yang diperlukan serta menggunakan model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk ikut serta berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan
atau keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar baik
pikiran maupun tenaga guna mengembangkan daya pikir serta menyampaikan hasil
pemikirannya secara komunikatif untuk mencapai kemanfaatan pembelajaran secara
optimal. Indikator partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) memperhatikan penjelasan guru;
2) menyampaikan pertanyaan;
3) menyampaikan pendapat atau
sanggahan;
4) menyampaikan jawaban;
5) membuat catatan ringkas; dan
6) megerjakan tugas dengan baik.
3.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
dalam Pembelajaran PKn
a.
Hakekat Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah
proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
Pendapat senada yang dikemukakan oleh Soetomo (Daryanto, 2011:161)
bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia
belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan menurut pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional (Daryanto, 2011:161) disebutkan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Dengan demikian pembelajaran adalah proses untuk memperoleh
pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu lingkungan yang
ditentukan.
b.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Ada beberapa definisi dan intepretasi terhadap Problem Based Learning (PBL). Salah satunya
menurut Duch dalam Sofan Amri (2010):
Problem Based Learning (PBL) adalah
metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia
nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir
secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan
secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
John Dewey dalam Wina Sanjaya (2012:217)
mengemukakan bahwa ada 6 tahapan PBM, yaitu :
1)
Merumuskan masalah, yaitu
langkah siswa menemukan masalah yang akan dipecahkan.
2)
Menganalisis masalah, yaitu
siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3)
Merumuskan hipotesis, yaitu
siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
4)
Mengumpulkan data, yaitu siswa
mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5)
Pengujian hipotesis, mengambil
atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis
yang diajukan.
6)
Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah, yaitu menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai
rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
c. Penggunaan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran PKn
Berdasarkan karakteristik mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah diuraiakan di atas maka guna menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan materi PKn yang notabene adalah masalah riil yang di
hadapi masyarakat maka penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
sangat tepat. Hal ini dikarenakan dalam
model PBM merupakan suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar
mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi
suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul,
serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari
permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir
kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda
diantara mereka. Selain itu dalam model
pembelajaran ini juga diperlukan pengetahuan yang kompleks atau multidisipliner
sesuai dengan karakteristik PKn yang memang multidisipliner.
B. Kerangka
Berpikir
Siswa: Hasil belajar dan partisipasi siswa
rendah |
Guru: Belum
menggunakan PBL |
Kondisi
awal |
Siswa
: Hasil
belajar dan partisipasi
siswa meningkat |
Tindakan
|
Guru:
menggunakan PBL |
Siklus I : PBL dengan kelompok besar, blm ada
distribusi tugas untuk anggota kelompok |
Siklus II : PBL dengan kelompok kecil, ada
distribusi tugas untuk anggota kelompok |
Kondisi
akhir |
Gambar 1.
Kerangka berfikir
Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan
bahwa melalui penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar dan
partisipasi siswa pada pembelajaran PKn kelas VIII C
SMPN 1 Rembang semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2015/2016 dari bulan Januari sampai Mei di kelas VIII C SMPN 1 Rembang.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMPN 1
Rembang. Jumlah siswa di kelas VIII C
adalah 34 siswa. Kelas ini dipilih oleh
peneliti karena mempunyai nilai ketuntasan klasikal yang rendah.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini ada dua yaitu data primer dan
data sekunder. Sumber data primer adalah
data yang diambil dari subyek penelitian sedangkan sumber data sekunder adalah
sumber data penelitian yang bukan berasal dari subyek penelitian.
D. Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
menggunakan teknik tes dan non tes.
Teknis tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sedangkan teknik
non tes berupa observasi yang dilakukan untuk merekam aktivitas siswa maupun
peneliti.
Alat pengumpulan data meliputi butir soal tes sebagai
pengukur hasil belajar siswa selama penelitian.
Adapun soal tes yang dipergunakan adalah uraian. Sedangkan lembar observasi berisi poin-poin
yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung baik terhadap siswa maupun
peneliti.
E. Validasi Data
Dalam penelitian ini digunakan sumber data primer yang
berupa hasil tes maka validasi datanya berupa validasi butir soal dengan cara
analisis ulangan harian. Sedangkan
validasi sumber data sekunder dilakukan dengan teknik triangulasi data dengan
mempertentangkan persepsi observer dalam situasi tertentu dengan observer lain
dalam situasi itu sehingga diperoleh kesimpulan yang objektif. Data diperoleh melalui kolaborasi teman
sejawat.
F. Analisis Data
Analisis data primer yaitu analisis hasil belajar dan partisipasi siswa yang berupa nilai ulangan harian untuk kompetensi dasar pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan dan hasil observasi dengan menggunakan analisis
deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai data awal tes dan nilai pada
tiap-tiap siklus kemudian direfleksi.
Di samping itu juga digunakan analisis data sekunder
yaitu berupa deskriptif kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang diolah dengan menggunakan analisis deskriptif
berdasarkan hasil pengamatan, observasi dan refleksi.
G. Indicator Kerja
a.
Secara klasikal kelas VIII C
mampu menyelesaikan soal ulangan harian dengan prosentase sekurang-kurangnya
85% siswa pada kelas tersebut mencapai nilai ≥ 76.
b.
Secara individual,
sekurang-kurangnya 34 siswa di kelas VIII C mencapai nilai batas tuntas atau KKM sebesar 76 (76%).
c.
Terciptanya efektivitas
pembelajaran PKn yang ditandai dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan bermakna bagi siswa.
H. Prosedur Penelitian
1.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas.
2.
Siklus Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini
ditetapkan dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu planning, acting, observing dan
reflecting.
IV.
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan siswa kelas VIII C dalam menjawab
soal dengan benar pada pokok bahasan pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil Ulangan Harian 1 yang dilakukan sebelum siklus, bahwa dari 34 siswa ternyata
nilai rata-rata kelas baru mencapai 73,88.
Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan baru 16 siswa sedangkan yang belum mencapai KKM 18 siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PKn yang
ditetapkan untuk kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015-2016 adalah
76. Hal ini berarti siswa kelas VIII C
yang sudah mencapai KKM adalah 47,06% sedangkan yang belum mencapai KKM adalah 52,94%. Berikut ini tabel nilai ulangan harian I
kondisi awal :
Tabel 3. Nilai ulangan harian
kondisi awal
NO |
URAIAN |
NILAI UH I KONDISI AWAL |
1. |
Nilai terendah |
56 |
2. |
Nilai tertinggi |
94 |
3. |
Nilai rerata |
73,88 |
4. |
Rentang nilai |
38 |
Dari hasil observasi prasiklus dijumpai masih rendahnya motivasi dan
minat belajar sebagian besar siswa dalam pembelajaran PKn khususnya siswa
laki-laki yang duduk di bangku belakang.
Hal ini dapat dibuktikan melalui indicator bahwa selama proses
pembelajaran sebagian siswa masih ada yang bercerita sendiri dengan teman
sebangku, asyik dengan kegiatannya sendiri seperti menggambar, corat-coret, ada
yang melamun bahkan mengantuk sambil merebahkan kepala di bangku.
D. Pembahasan Tiap Siklus
dan Antarsiklus
1. Hasil Observasi
Tabel 1. Hasil Observasi Siklus I Dan Siklus II
No |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Pada pertemuan
tatap muka pertama saat tahap apersepsi
ketika mulai pada pembagian kelompok, siswa agak ramai dan saling
bertanya antar siswa. Pada pertemuan tatap muka kedua, tahap apersepsi berjalan lancar. |
Pada pertemuan tatap muka pertama saat tahap apersepsi ketika mulai pada pembagian kelompok, siswa
agak ramai dan saling bertanya antar siswa. Pada pertemuan tatap muka kedua,
tahap apersepsi berjalan lancar. |
2 |
Pembentukan
kelompok pada pertemuan pertama masih gaduh, siswa berlalu lalang menggeser meja
dan kursi. |
Pembentukan
kelompok pada pertemuan pertama tidak begitu gaduh, siswa cukup menggeser
meja dan kursi yang berjajar untuk dihimpitkan. |
3 |
Siswa terlihat
tertarik dengan menunjukkan antusiasme pada proses pembelajaran, karena
masalah / kasus yang didiskusikan adalah berkaitan dengan masalah-masalah
riil yang terjadi di masyarakat dan sedang hangat dibicarakan. Diskusi
berjalan lancar namun masih terdapat siswa yang pasif karena belum ada
pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing anggota sehingga masih
memungkinkan ada siswa yang tidak aktif, di samping itu juga dikarenakan
jumlah anggota kelompok yang masih banyak yaitu 8-9 siswa. Pada pertemuan kedua, presentasi hasil
diskusi berjalan lancar untuk masing-masing kelompok. Siswa yang menjadi audien juga aktif
menanggapi sehingga diskusi terlihat hidup, meskipun masih ada sedikit siswa
yang pasif. Guru bertindak sebagai
fasilitator. |
Siswa terlihat
tertarik dengan menunjukkan antusiasme pada proses pembelajaran karena
masalah / kasus yang didiskusikan adalah berkaitan dengan masalah-masalah
riil yang terjadi di masyarakat dan sedang hangat dibicarakan. Diskusi berjalan
lancar, semua siswa terlibat aktif dan tidak ada lagi siswa yang pasif. Hal ini dikarenakan masing-masing kelompok
sudah memberikan pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing anggotanya,
di samping itu juga karena jumlah anggota kelompok sudah mengecil menjadi 3-4
siswa sehingga sudah tidak memungkinkan siswa tidak aktif. Pada pertemuan
kedua, presentasi hasil diskusi berjalan lancar untuk masing-masing
kelompok. Siswa yang menjadi audien
juga aktif menanggapi sehingga diskusi terlihat hidup. Guru bertindak sebagai
fasilitator. |
4 |
Pada akhir kegiatan inti dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua
terjadi peningkatan semangat berdiskusi
aktif antar anggota kelompok dan antar kelompok, walaupun masih ada
siswa yang pasif |
Pada akhir kegiatan inti dari pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan kedua terjadi peningkatan semangat berdiskusi aktif antar anggota kelompok dan antar
kelompok. Pada siklus II semua siswa aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. |
2. Hasil
Belajar
Tabel 2 Hasil UH Siklus I dan II
No |
Uraian |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
90 |
94 |
2 |
Nilai Terendah |
61 |
75 |
3 |
Nilai Rata – rata |
78,09 |
85,47 |
4 |
Jumlah siswa yang telah mencapai KKM |
22 |
32 |
5 |
Persentase siswa yang telah mencapai KKM |
64,71% |
94,12% |
6 |
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM |
12 |
2 |
7 |
Persentase siswa yang belum mencapai KKM |
35,29% |
5,88% |
E. Hasil Tindakan
1.
Proses Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II khususnya
pada tahap kegiatan inti siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok diskusi. Perlakuan pada siklus I adalah penerapan model PBM dimana siswa dibagi
menjadi 4 kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 8-9 siswa serta belum ada pembagian
tugas yang jelas untuk masing-masing anggota kelompok.
Sedangkan perlakuan pada siklus II adalah
penerapan model PBM
dimana siswa dibagi menjadi 11 kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 3-4 siswa serta sudah ada pembagian tugas yang jelas
untuk masing-masing anggota kelompok.
Kegiatan tatap muka pertama sampai terakhir yaitu,
keaktifan siswa dalam pembelajaran telah muncul. Partisipasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran PKn meningkat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
baik ketika terlibat dalam diskusi kelompok maupun presentasi hasil diskusi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya
siswa yang aktif dan tidak ada siswa yang pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan kondisi awal,
proses pembelajaran dan tindakan yang
dilakukan pada siklus I dan siklus II
maka pembelajaran
PKn pada KD pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan dengan
menerapkan model PBM dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
2.
Hasil Belajar
Setelah pada siklus I dilaksanakan pembelajaran
model PBM dengan pembagian kelompok diskusi beranggotakan 8-9 siswa serta belum ada
pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing anggota, hasil belajar siswa
meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut berdasarkan hasil ulangan/penilaian yang
dilakukan setelah siklus I selesai. Hasil belajar tersebut adalah nilai
tertinggi 90, nilai terendah 61, nilai rata-rata 78,09. Data penilaian
siklus I tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas VIII C.
Pada siklus II dilaksanakan pembelajaran pembelajaran
model PBM dengan pembagian kelompok diskusi beranggotakan 3-4 siswa serta ada
pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing anggota, hasil belajar siswa
meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan/penilaian yang dilakukan
setelah siklus II selesai. Hasil belajar
tersebut adalah nilai tertinggi 94, nilai terendah 75, nilai rata-rata yang diperoleh 85,47.
Berdasarkan hasil belajar
siswa yang selalu meningkat mulai dari kondisi awal, siklus I, dan siklus
II maka pembelajaran dengan menerapkan
model PBM dapat meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa pada pembelajaran PKn
khususnya pada KD pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek
kehidupan, kelas VIII C SMP Negeri
1 Rembang Kabupaten Purbalingga pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
V. PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian pada bab IV di atas
yang menyatakan bahwa melalui pembelajaran dengan penerapan model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada Kompetensi Dasar Korupsi, Upaya Pemberantasan
Korupsi dan Antikorupsi di Indonesia, maka dapat disimpulkan hipotesis yang
berbunyi “melalui penggunaan model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VIII C
SMPN 1 Rembang semester genap tahun pelajaran 2012/2013” terbukti.
B.
Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, peneliti
merekomendasikan bahwa dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
di SMP Negeri 1 Rembang Kabupaten
Purbalingga, perlu diupayakan agar semua siswa aktif
dan mempunyai motivasi yang tinggi serta
berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran. Oleh
karena itu kepada guru PKn khususnya kelas VIII agar menumbuhkembangkan motivasi
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Alternatif
untuk menumbuhkembangkan motivasi siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran
adalah melalui penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah.
C.
Saran
1. Kepala Sekolah
Berkaitan dengan hal tersebut diharapkan kepala sekolah
menekankan kepada guru agar selalu belajar tentang berbagai model, pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran dengan cara membaca buku atau browsing di internet sekaligus
melengkapi referensi yang terkait dengan pembelajaran tersebut..
2. Guru
Menindaklanjuti hasil penelitian ini, guru PKn
diharapkan selalu berupaya untuk mendesain pembelajaran yang inovatif dan
bervariasi agar hasil belajar siswa dapat optimal. Untuk mengoptimalkan hasil
belajar siswa, guru PKn hendaknya menggunakan pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM).
3. Siswa
Hasil belajar PKn secara umum dapat optimal jika siswa
mengikuti pembelajaran dengan antusias, aktif dan kreatif. Oleh karena itu agar
siswa memperoleh hasil belajar PKn sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
termasuk peningkatan hasil belajar PKn, siswa harus mengikuti pembelajaran
dengan sungguh-sungguh. Selain
itu, siswa juga diharapkan untuk belajar dari banyak sumber dengan berprinsip
pada peribahasa “alam takambang jadi guru”.
DAFTAR PUSTAKA
Aston L. Toruan, 2007, Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Melalui Model PBL pada Siswa
Kelas X Ak 1 SMKN 3 Jakarta, Jakarta: PTK.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2008
Daryanto, 2011, Penelitian
Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-Contohnya,
Yogyakarta: Gava Media.
Mulyasa, 2006, Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Sofan Amri, Iif Khoeru, 2010, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya.
Suryosubroto, 2009, Proses
Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta, Rhineka Cipta.
Wina Sanjaya, 2012, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard dan Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar